10 Langkah Berdoa Ignatian God is no blind moneychanger; he values love’s works more than its words. 1. Tentukan sebelumnya tempat Anda akan bermeditasi/ berkontemplasi. Selama jam meditasi/kontemplasi jangan pindah-pindah tempat. Pada setiap permulaan renungan, anda membuat diri sadar akan apa yang akan Anda lakukan, sadar dihadirat Allah. You should trust in God enough to believe that you could cross the seas on a bare plank if there were no ship2. Lalu ambil posisi badan dengan duduk dikursi atau dingklik atau yang kiranya paling cocok agar Anda dapat tenang, relaks tetapi tetap siaga. Bermeditasi/berkontemplasi sambil berjalan-jalan biasanya kurang cocok. Selama jam meditasi/ kontemplasi jangan ganti-ganti posisi duduk. Tetapi kalau merasa tertolong, posisi badan dapat diseleraskan dengan perasaan-perasaan yang timbul, selama waktu doa. 3. Lalu berusaha menjadi tenang; menenangkan seluruh badan. Menjadi sadar akan pernafasan, akan perasaan dan reaksi badan. Amatilah/dengarkanlah salah satu ‘bunyi/ suara’ tertentu. Misalnya: kicau burung; bunyi-bunyi disekitar Anda, dll. Menatap salah satu obyek: misalnya: Gambar, bunga, lilin, gambar, salib dll. selama beberapa waktu. 4. Menjadi sadar akan kehadiran Tuhan. Mintalah kepada Bapa agar Dia menyingkirkan dalam diri Anda segala apa saja yang dapat merintangi kontak atau persatuan dengan Tuhan. Mohonlah agar Allah menanamkan pemikiranNya dan rencanaNya dalam hati Anda. Jadilah sadar akan kehadiran dan karya Roh Kudus dalam diri Anda, mohonlah bimbingan dan bantuanNya. Mungkin teks: “Kehadiran Tuhan” (lih. Madah Bakti) atau salah satu mazmur dapat dipergunakan untuk lama kelamaan masuk ke dalam suasana tenang, damai, penuh konsentrasi. 5. Mohon rahmat khusus: mohonlah rahmat khusus dari Tuhan dalam meditasi/kontemplasi ini. Misalnya: agar semakin mengenal Dia dan diri sendiri; Rahmat untuk semakin melihatdan menerima diri sendiri seperti apa adanya; Iman yang lebih besar, ketabahan hati dalam situasi yang sulit dll. 6. Bacalah teks KS dengan perlahan-lahan: Berhentilah bila suatu teks/perkataan mengena di hati, tunggulah dengan sabar akan Tuhan, resapilah, nikmatilah perkataan ini………………………………….. Ulangilah… ajukan pertanyaan…. Apa yang ingin Kau katakan Tuhan? Ungkapkanlah reaksimu …. Tunggulah …. Jangan terlalu cepat mau mengetrapkan perkataan itu dalam hidup Anda …. Dengarkanlah dahulu! Jika merasa berguna, berilah garis/tandailah dibawah perkataan yang mengena itu. Meditasi/kontemplasi, bukan wawancara dari “otak ke otak”, tetapi dari hati ke hati. 7. Jangan tergesa-gesa: Jangan mengira teksnya harus direnungkan sampai “selesai” sangat dianjurkan agar dalam meditasi/ kontemplasi yang menyusul mengulangi sebentar teks-teks yang pernah menyentuh hati Anda, terutama bila teks tersebut pernah memberi rasa damai, atau pernah membingungkan, atau “menyakitkan” hati Anda. 8. Jangan putus asa atau berkecil hati, bila teks seakan tidak berbicara sedikitpun. Kadang Tuhan membiarkan Anda mengalami kegersangan untuk mempertebal iman Anda, atau agar Anda semakin sadar bahwa misalnya konsolasi atau desolasi tidak melulu kuasa Anda sendiri. Dapat terjadi bahwa teks itu ‘diam’ saja, karena Anda tidak mau mendengarkan, sebab di dalamnya mungkin terungkap sesuatu tuntutan yang tidak Anda sukai, atau yang Anda takuti … Biasanya Tuhan itu amat dekat jika terasa ‘absen’. Nantikanlah Dia dengan sabar. Tuhan akan bersabda pada waktunya dan dengan caranya yang khas. Satu hal’lagi: janganlah Anda seakan-akan ‘terbentur’ pada kata-kata atau kalimat yang tidak jelas dalam teks. Jangan terlalu ambil pusing, bacalah terus saja. 9. Doa penutup: Menjelang akhir meditasi/kontemplasi Anda” dapat bertanya: “Apa yang telah dikatakan Tuhan tentang diri-Nya sendiri dan tentang Anda, apa kehendakNya, dan jawaban apa kiranya diharapkan dari Anda. Itu dapat diungkapkan dalam bentuk doa (doa wawancara), sebagai penutup meditasi/kontemplasi. 10. Sesudah meditasi/kontemplasi, pakailah waktu untuk refleksi. Dalam menuliskan refleksi, Anda membuat catatan-catatan yang perlu. Budiarto Gomulia, SJ